Kamis, 15 November 2018

What a beautiful sunrise! Menikmati sunrise dari puncak kota Batu Malang

Menikmati Batu bagai menikmati dunia fantasi yang menggemaskan, bagaimana tidak, berbagai pernak pernik disuguhkan untuk memanjakan siapapun yang datang berkunjung, wahana-wahana permainannya, pemandangan alamnya, warna warni bunga di sudut-sudut kampungnya, sampai wisata kulinernya yang beragam.

Baiklah, barangkali saya berlebihan, tapi yaa begitulah, seolah saya enggan berhenti untuk datang ke kota ini, lagi dan lagi, terlebih saat saya berkesempatan melihat sunrise yang mengagumkan di kota ini.

Belum banyak yang tahu memang, di kota Batu kita bisa menikmati sunrise yang aduhai, dan barangkali bisa menjadi alternatif bagi siapapun yang sedang ingin menikmati Kota Batu dari sisi yang berbeda.

Oh tidak, kita tidak sedang membicarakan gunung yang harus didaki untuk menikmati sunrise yang indah, kita hanya perlu pergi ke puncak Kota Batu, lebih tepat Resort and Hotel Jambuluwuk dan menikmati sunrise sambil selonjoran santai di kursi-kursi kosong di depan kolam renang utama, tanpa perlu berdesakan dan tanpa perlu antri, namun perlu diingat, kita harus menjadi pengunjung tamu dulu di resort ini jika ingin menikmati itu semua.

2018-02-08 011611402048..jpeg


kolam renang utama di siang hari

**
Berbekal baju hangat dan syal, saya dan teman saya bertekad pergi ke kolam renang utama pada pukul 03.00 pagi, bukan untuk berburu sunrise pada mulanya, tetapi untuk berenang, ya berenang!

Sebuah ide konyol yang sama sekali tidak menarik, dengan terpaksa saya menuruti kemauannya berenang pada dini hari, ya dini hari! Pukul 03.00 pagi, kalau bukan ide gila, lalu apa? Baiklah, lupakan dulu kekonyolan ide teman saya yang memang gila itu.



Selama kurang lebih satu jam berada di kolam renang utama, teman saya belum juga memutuskan akan berenang atau tidak, sedikit kesal, berkali-kali saya mengutarakan keinginan kembali ke kamar, tentu, kamar lebih menggoda bagi saya yang saat itu kedinginan dan masih mengantuk, meski untuk sampai kamar, kami mesti terlebih dulu mengendarai motor karena jarak yang cukup jauh.

Menyadari saya tak bergairah, ia berusaha menghibur sebisanya, semata mengulur waktu agar kami tetap bertahan di kolam, entah apa yang dimau saat itu.

Sampai pada detik ketika kami menyadari hari mulai terang sebab semburat cahaya matahari yang perlahan muncul. Seolah kami terkesima, dan sejenak melupakan semua kekesalan serta ide konyol berenang.

Kami terpaku akan keindahannya, bagaimana tidak, semburat oranye memenuhi langit yang gelap, serta dikejauhan, sedikit menengok ke bawah kami melihat lampu-lampu dari rumah penduduk kota seperti bintang berserakan dengan posisi berbalik, di bawah, di bumi, bukan di kolong langit. Tentu, kami mengabadikan moment itu dengan penuh sukacita.



Kami asik potret sana sini, bersenda gurau tak karuan, ketawa ketiwi cekikikan, kami tidak lagi ingat hawa dingin yang sempat bikin kesal, tidak lagi menggubris tujuan utama kami kemari, toh kami menikmatinya.

Kami menyaksikan bagaimana satu persatu lampu dari rumah - rumah penduduk mulai padam secara bergiliran, sebab hari yang mulai terang. Kami senang belaka menikmati setiap detiknya.

Saking gembiranya, nyaris saja kami lupa, sunrise belum juga muncul meski hari sudah terang. Pukul setengah 5 pagi lebih sekian menit, bergegas kami mencari informasi kemunculan sunrise.

Berbekal sedikit informasi yang didapat, kami putuskan bertahan di kolam utama menanti sunrise yang betul-betul paripurna muncul, maksudnya muncul bulat utuh sempurna, tidak hanya cipratan cahaya. Itupun jika informasi yang didapat valid, jika tidak, kami harus cukup puas hanya dengan menikmati semburat cahaya oranye, tanpa sunrise yang paripurna.



Teman saya, jangan ditanya, ia selalu punya ide konyol, kali ini ia memutuskan mandi! Ya mandi pukul 05.00 pagi hari, ‘’Biar nggak ngantuk dan difoto ntar cantik’’, katanya beralasan, saya hanya mengiyakan dan kembali leyeh-leyeh di kursi santai kolam, sambil sesekali mengecek jam di handphone, tak sabar menunggu pukul setengah enam pagi, waktu yang diinformasikan sunrise paripurna akan muncul.



Nyaris saja saya tertidur, saat mata saya silau sebab pancaran cahaya matahari berlebih. Seperti adegan dalam film romansa, mata silau karena pancaran sinar berlebih dari sosok yang kita kagumi muncul dari pintu, untuk selanjutnya terkesima tak bisa berucap atau berbuat apapun, bengong, ya cuma bengong, hening, dua tiga detik, lantas tersadar dan buru-buru mencari handphone, potret sana sini sambi lompat-lompat girang setelahnya, begitulah, seolah itu moment pertama kalinya melihat matahari terbit.





Ada bahagia yang tak terkatakan, dan sulit didefinisikan, hanya bahagia. Huh, rasa-rasanya momen ini akan menjadi candu bagi saya. Bagaimana denganmu? Dan ah ya, akan berburu sunrise dimana lagi setelah ini?



**

NOTES

RESORT AND HOTEL JAMBULUWUK BATU
Jln. Trunojoyo 99 Songgokerto, Batu

Getting there
Jika kalian berangkat dari stasiun kota Malang, kalian bisa sewa mobil atau order mobil/motor via aplikasi online, tarif relatif terjangkau karena jarak Kota Malang ke Batu tidak terlalu jauh (berkisar 30-60 menit perjalanan)

Pada jam berapa waktu yang tepat untuk menikmati sunrise di resort ini?
Jam setengah 6 pagi

Bisakah ke tempat ini (pool and bar) tanpa harus menginap?
Bisa pada jam operasional, dan dikenakan tarif seratus ribu rupiah. Tetapi jika ingin menikmati sunrise disarankan menjadi tamu di resort ini, sebab kolam renang utama (lokasi strategis menikmati sunrise) belum dibuka untuk umum pada jam setengah 6 pagi.

Cheers,

Anisah

Instagram @anisah.sh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar